SMK Pusat Keunggulan (SMK PK) bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang terserap di dunia kerja atau menjadi wirausaha melalui keselarasan pendidikan vokasi yang mendalam dan menyeluruh dengan dunia kerja serta diharapkan menjadi pusat peningkatan kualitas dan rujukan bagi SMK lainnya. Sejalan dengan diberlakukannya Kurikulum Merdeka di satuan pendidikan, SMK Negeri 8 Purworejo yang tahun 2022 ini terpilih menjadi salah satu SMK PK juga mulai mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk pembelajaran di tingkat X. Salah satu pembeda dan inti dari implementasi kurikulum merdeka (IKM) dibanding dengan kurikulum sebelumnya adalah bahwa IKM tidak lagi menekankan pembelajaran pada konten. IKM mengusung tujuan menghadirkan pembelajaran yang bermakna bagi peserta didik.
Sama seperti kurikulum terdahulu, IKM mendukung sepenuhnya visi pendidikan Indonesia untuk membentuk peserta didik yang mencerminkan pelajar Indonesia. Pelajar Indonesia merupakan pelajar sepanjang hayat yang kompeten, berkarakter, dan berperilaku sesuai nilai-nilai Pancasila. Salah satu terobosan yang ada pada Kurikulum Merdeka adalah diberlakukannya muatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) sebagai bagian dari pembelajaran kokurikuler berbasis projek yang harus diselenggarakan di sekolah.
Sebagai upaya untuk memberi pemahaman yang lebih matang kepada seluruh guru di SMK Negeri 8 Purworejo, sekolah kemudian mengadakan Workshop Aktualisasi Penguatan Profil Pelajar Pancasila. Workshop dengan peserta seluruh guru kelas X ini diselenggarkan pada hari Jum’at, 21 Oktober 2022. Workshop menghadirkan ibu Umi Khayah Rusinayah, S.Pd. dari SMK Negeri 3 Magelang sebagai narasumber. Bapak Wahyono, S.Pd., M.Pd. selaku kepala sekolah menyampaikan dalam sambutan dan pengarahan mengenai pentingnya workshop ini. “SMK Negeri 8 Purworejo baru menjalankan SMK PK di tahun ini sehingga pemaparan dari narasumber yang sudah lebih dahulu menjadi SMK PK tentu bisa memberikan banyak pengetahuan dan ilmu baru untuk kita semua.”, papar beliau.
Ibu Umi dalam paparannya menyampaikan bahwa IKM menitikberatkan pada konsep pembelajaran berdiferensiasi. Konsep ini tidak lagi menuntut guru dan peserta didik pada standar nilai yang dulu kita kenal sebagai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Kurikulum ini hanya memiliki kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran (KKTP) sebagai acuan. IKM juga menghadirkan diagnosa non-kognitif yang harus dilakukan guru sebagai upaya menemukenali kemampuan dan ketertarikan setiap peserta didik di kelasnya. Tugas guru dalam pembelajaran P5 adalah sebagai coach. Coach adalah guru yang tidak pernah menunjukkan jalan keluar kepada peserta didik, tetapi mengarahkan dan membiarkan peserta didik mencari sendiri jalan keluarnya.
Dalam P5 ada enam dimensi profil pelajar Pancasila yang harus dikembangkan, meliputi: Beriman, Bertakwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Berakhkal Mulia; Berkebhinekaan Global; Bergotong Royong; Mandiri; Bernalar Kritis; dan Kreatif. Pelaksanaan P5 di sekolah memiliki prinsip-prinsip holistik, konstektual, berpusat pada peserta didik, dan eksploratif. Setiap jenjang pendidikan memiliki tema yang harus dikembangkan untuk P5. Untuk SMK sendiri pilihan temanya meliputi: gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, bhinneka tunggal ika, bangunlah jiwa dan raganya, suara demokrasi, rekayasa dan teknologi, kewirausahaan, dan kebekerjaan. Tema-tema ini bisa dibagi dalam dua semester, disesuaikan degan kemampuan dan kondisi masing-masing satuan pendidikan. Lebih lanjut narasumber mengatakan bahwa semua guru bisa mendalami mengenai apa itu P5 dan pelaksanaannya melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM) yang sudah disediakan pemerintah.
(EY)